Latest News

SELAMAT DATANG di WEBSITE RESMI TK AL UMM KEMBIRITAN, SEMOGA BERMANFAAT, AAMIIN.

Minggu, 10 April 2011

Berbicara dan Mendengar

Berbicara dan Mendengar
Posted by homepi on 24 Maret 2011 | Comment 1 | dibaca : 819
Berbicara dan Mendengar
Allah SWT menciptakan dua telinga dan satu mulut. Artinya, kita harus lebih banyak mendengar daripada banyak bicara..
Subhanallah! Begitu sangat berpengaruhnya kegiatan lisan kita. Seseorang yang terlihat sebagai ahli ibadah justru masuk neraka, tetapi yang beribadah "biasa" sajah tetap mendapatkan kapling syurga. Dari hadist diatas. Lisan berperan penting dalam memasukkan pemiliknya ke syurga ataukah ke neraka. Sesuatu yang logis, ketika tangan memberi tapi mulut mencaci maka sang penerima menjadi sakit hati dan dipastikan tidak jadi men-doa untuk sang pemberi sekaligus pencaci.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قِيْلَ لِلنَّبِيّ ص: اِنَّ فُلاَنَةَ تَصُوْمُ النَّهَارَ وَ تَقُوْمُ اللَّيْلَ وَ تُؤْذِى جِيْرَانَهَا بِلِسَانِهَا. فَقَالَ: لاَ خَيْرَ فِيْهَا هِيَ فىِ النَّارِ. قِيْلِ: فَاِنَّ فُلاَنَةَ تُصَلّى اْلمَكْتُوْبَةَ وَ تَصُوْمُ رَمَضَانَ وَ تَتَصَدَّقُ بِاَثْوَارٍ مِنْ أَقِطٍ وَلاَ تُؤْذِيْ اَحَدًا بِلِسَانِهَا. قَالَ: هِيَ فِى اْلجَنَّةِ. الحاكم فى المستدرك
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Ditanyakan kepada Nabi SAW, "Sesungguhnya si Fulanah biasa puasa di siang hari dan shalat malam, tetapi dia sering menyakiti tetangga dengan lisannya. Beliau SAW bersabda, "Tidak ada kebaikan padanya, dia di neraka". Lalu ditanyakan kepada beliau, "Sesungguhnya si Fulanah hanya melakukan shalat wajib, puasa Ramadlan dan bersedeqah dengan beberapa potong keju, tetapi ia tidak mau menyakiti seorangpun dengan lisannya". Beliau SAW menjawab, "Dia di surga". (HR. Hakim)

Allah SWT menciptakan dua telinga dan satu mulut. Artinya, kita harus lebih banyak mendengar daripada banyak bicara. Mendengar harus dua kali lebih banyak, agar ucapan kita jadi lebih bermakna. Semoga Allah Yang Maha Mendengar menggolongkan kita sebagai orang-orang yang merasa didengar oleh-Nya.

Merasa didengar oleh Allah adalah keutamaan yang akan menghalangi kita dari maksiat lisan. Kata-kata kita sering menjadi dosa karena kita tidak merasa didengar oleh Allah.

As-Sami' adalah salah satu asma Allah yang berarti mendengar. As-Sami' berasal dari kata sami'a yang artinya mendengar. Jadi, Allah Maha Mendengar segala suara walaupun semut hitam yang merangkak di batu hitam di tengah belantara yang kelam.

Allah pasti mendengar apapun yang disuarakan oleh makhluk-makhluk-Nya, dalam bisikan yang paling halus maupun dalam hiruk pikuk kegaduhan. Allah pun Maha Mendengar orang yang hatinya selalu berzikir, walau di tempat tersembunyi atau di pangkalan pesawat terbang yang sangat bising. Hikmah apa yang bisa kita dapatkan dari sifat As-Sami' ini? Ada dua hikmah yang dapat kita renungkan dari sifat Allah SWT ini.

Hikmah pertama, kita harus berhati-hati dalam menjaga lisan.
Jangan bicara kecuali benar dan bermanfaat, karena setiap patah kata akan didengar oleh Allah dan harus kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Karena itu, kita harus selalu berpikir dan menimbang sebelum bicara. Bertanyalah selalu, pantaskah saya bicara seperti ini? Benarkah perkataan ini kalau saya ucapkan? Karena ada perkataan yang benar tapi tidak tepat situasi dan kondisinya.

Islam mengistilahkan kebenaran dalam perkataan sebagai qaulan sadiida. Apa syaratnya?

Pertama harus benar. Benar di sini mengandung arti bahwa perkataan yang kita ucapkan harus sesuai dengan realitas yang terjadi, tidak menambah-nambah ataupun mengurangkan.

Abu Mas'ud ra berkata: bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Biasakanlah berkata benar, karena benar itu menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga. Hendaklah seseorang itu selalu berkata benar dan berusaha supaya tetap benar, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang as-siddiq (amat benar) (HR. Bukhari Muslim)

Kedua, setiap kata itu ada tempat yang tepat dan setiap tempat itu ada kata yang tepat.
Di sini tepat, tapi di tempat lain belum tentu tepat. Dengan orang tua tepat, tapi dengan anak belum tentu tepat. Dengan guru tepat, tapi dengan murid belum tentu tepat. Jadi dalam berbicara itu tidak cukup benar saja, tapi harus pandai pula membaca situasi dan objek yang kita ajak bicara.

Ketiga, mengukur apakah kata-kata kita itu melukai perasaan orang atau tidak.
Hal ini cukup penting, karena perasaan dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Jika kita mengatakan satu hal pada si A dan ia tidak tersinggung, bisa jadi si B yang mendengar hal yang sama akan tersinggung.

Dan terakhir, pastikan perkataan itu bermanfaat.
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya" (HR. Bukhari Muslim).

Hikmah kedua adalah kita harus belajar mendengarkan.
Mendengar belum tentu mendengarkan. Mendengar hanya sekadar menyerap suara lewat telinga. Sedang mendengarkan tidak sekadar menyerap suara, tapi juga menyimak dan mengolah apa-apa yang kita dengar. Karena itu, dengan mendengarkan kita akan faham, dan dengan faham kita bisa berubah.
Ada orang yang mendengar tapi konsentrasinya pecah, itu pun tidak bisa dikatakan mendengarkan. Mendengarkan erat kaitannya dengan keterampilan untuk fokus. Kalau kita konsentrasi, maka informasi dan ilmu akan fokus, hingga semangat kita akan menyala. Kalau semangat sudah menyala, tidak akan ada yang bisa menghalangi untuk sukses. Karenanya, dalam mendengar informasi harus fokus dan tuntas, jangan setengah-setengah. Dari itu, kita harus belajar mendengarkan, menyimak, dan memfokuskan diri untuk memahami. Dengan pemahaman yang benar insya Allah kita bisa bertindak benar dan proporsional.

Dari asma Allah SWT ini, kita bisa menyimpulkan bahwa kita harus lebih banyak mendengar daripada banyak bicara.
Mendengar harus dua kali lebih banyak, supaya sekali berkata maknanya bisa lebih besar. Karena itulah Allah SWT menciptakan dua telinga dan satu mulut. Hisap informasi sebanyak mungkin, lalu olah, dan keluarkan dengan kata-kata yang sarat makna. Banyak bicara akan banyak mengeluarkan kata-kata, hingga peluang tergelincir akan semakin besar. Bila ini terjadi maka peluang untuk celaka jadi semakin besar.

Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah SAW, "Barang siapa banyak bicara, niscaya banyak kesalahannya; barang siapa banyak kesalahannya, niscaya akan banyak dosanya; dan barang siapa banyak dosanya, maka neraka menjadi lebih utama baginya" (HR. Abu Nu'aim)
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اْلحَيَاءَ وَ اْلعِيَّ مِنَ اْلاِيْمَانِ وَ هُمَا يُقَرّبَانِ مِنَ اْلجَنَّةِ وَ يُبَاعِدَانِ مِنَ النَّارِ. وَ اْلفُحْشَ وَ اْلبَذَاءَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَ هُمَا يُقَرّبَانِ مِنَ النَّارِ وَ يُبَاعِدَانِ مِنَ اْلجَنَّةِ. الطبرانى فى الكبير، ضعيف، فى اسناده محمد بن محصن العكاشى
Dari Abu Umamah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Malu dan sedikit bicara itu termasuk bagian dari iman, dan keduanya itu mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka. Perbuatan keji dan kata-kata kotor itu dari syaithan, keduanya mendekatkan ke neraka dan menjauhkan dari surga". (HR Thabrani)

Semoga Allah menuntun kita menjadi orang bijak, yang banyak mendengar sedikit bicara. Wallahu a'lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FASILITAS SEKOLAH TK AL UMM KEMBIRITAN GENTENG
FOTO

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA, SEMOGA BERMANFAAT, AAMIIN. JAZAKUMULLAHU KHAIRAN KATSIRAN"
Bu WIWIN ( CALL / WA : 081336244212 )
Bu IKE ( CALL / WA : 081939778826 )
KEGIATAN MANASIK HAJI

Kegiatan Berlangsung di Area Sekolah Oleh Guru Kelas

Media Interaktif Multimedia Komputer

Kegiatan Berlangsung di Laboratorium Komputer

Berprestasi Dalam Setiap Kompetensi

Penghargaan di Berikan di Sela Acara Kegiatan di TK Al Umm

Praktek Sholat Berjamaah di Sentra Ibadah

Kegitan Berlangsung di Aula Musholla TK Al Umm

Belajar Seni Beladiri Tapak Suci

Kegiatan Ekstrakurikuler di TK Al Umm Kembiritan

index