Doa untuk Anak di Kandungan
Posted by admin on 16 Desember 2010 | Comment 1 | dibaca : 992
Sewaktu istri hamil anak bungsu, saya sering berucap, Kamu harus menjadi anak pemberani, jangan jadi anak penakut.. dan kerap mengulanginya sambil mengusap perut istri. Sekarang, anak bungsu saya sudah kelas 2 SMP dan memang menjadi anak pemberani. Saking pemberaninya, dia sering berantem, melanggar peraturan sekolah sampai saya malu pada pihak sekolah. Apakah ini terjadi karena doa saya itu? Mohon penjelasan. Allah Maha Tahu bahwa yang Anda ucapkan pasti bukanlah untuk keburukan, tetapi untuk kebaikan. Keburukan yang sekarang muncul tidaklah ada kaitannya dengan doa Anda, tetapi merupakan bagian dari ujian Allah Swt.
Setiap orang akan mendapat batu ujian yang beragam. Ujian itu kerap berkaitan dengan apa yang paling kita harapkan. Ketika seorang istri ingin punya suami shaleh, kadang ujiannya itu suami tidak shaleh. Ada suami yang ingin punya istri shaleh, batu ujiannya boleh jadi istrinya tidak shaleh. Kita ingin punya anak shaleh, kadang batu ujiannya anak tersebut tidak shaleh. Kita sebagai orangtua tentu harus selalu bercita-cita dan berikhtiar agar anak-anak kita bisa menjadi shaleh. Namun, kita pun harus siap mental karena boleh jadi anak juga merupakan batu ujian. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut. وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (Q.S. Al-Anfaal [8]: 28). Sebaiknya kita selalu berprasangka baik. Boleh jadi, sekarang anak bapak dianggap bermasalah, tetapi mudah-mudahan dengan usaha yang terus-menerus, suatu saat dia menjadi shaleh. Banyak orang yang waktu duduk di bangku SMP sering tawuran dan sering membuat malu orangtua, namun setelah dewasa menjadi anak yang santun dan berbakti pada orangtua. Di sinilah kita butuh waktu untuk sabar menunggu proses perjalanan kehidupan anak. Anak usia di bangku SMP sedang mencari jati diri, sedang ingin menemukan identitas dirinya. Tugas kita adalah berikhtiar, berdoa, dan membimbing mereka dengan tiada henti. Wilayah kita adalah berusaha, sementara berhasil adalah wilayah Allah Swt. Wallahu a’lam. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar